KPU Riau Edukasi Demokrasi Generasi Muda Lewat Inovasi Ular Tangga Pemilu

Pekanbaru, GarisKhatulistiwa.com - Aula Kantor KPU Provinsi Riau di Jalan Gajah Mada, Pekanbaru, siang itu berbeda dari biasanya. Ruangan yang kerap digunakan untuk rapat resmi kini dipenuhi gelak tawa dan antusiasme puluhan siswa SMP IT Tahfiz Al Fatih.
Dengan mata berbinar, mereka bergantian melempar dadu, menggerakkan pion, dan menyimak penjelasan di balik setiap kotak dalam permainan Ular Tangga Pemilu.
Sebanyak 40 siswa hadir dalam kegiatan edukasi ini. Bagi mereka, mengenal demokrasi tidak lagi sebatas teori yang sering terdengar di pelajaran PPKn, melainkan pengalaman nyata yang dikemas secara kreatif.
Kepala Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM KPU Riau, Nugroho Noto Susanto, menyampaikan filosofi di balik metode tersebut.
“Kami memilih permainan karena ingin membuktikan bahwa demokrasi bisa dipelajari dengan cara menyenangkan. Setiap kotak dalam ular tangga ini merepresentasikan nilai-nilai demokrasi yang ingin kami tanamkan sejak dini,” jelasnya kepada media ini, Rabu (24/09/2025).
Permainan yang berlangsung sekitar dua jam itu berhasil menciptakan atmosfer belajar yang penuh interaksi. Empat siswa ditunjuk sebagai pemain utama, sementara lainnya ikut terlibat dengan memberikan semangat dan menanggapi penjelasan fasilitator.
Kotak “tangga” menghadirkan pesan positif, misalnya pentingnya memverifikasi data pemilih atau manfaat menggunakan hak suara dengan benar. Sebaliknya, kotak “ular” justru menjadi daya tarik tersendiri. Siswa terlihat lebih bersemangat ketika membahas praktik negatif seperti politik uang, penyebaran hoaks, hingga pelanggaran pemilu lainnya.
“Yang menarik, anak-anak justru paling aktif saat berdiskusi tentang kotak ‘ular’. Mereka kritis bertanya kenapa sebuah tindakan dianggap pelanggaran dan apa dampaknya bagi demokrasi,” tambah Nugroho.
Setelah permainan usai, sesi dilanjutkan dengan diskusi interaktif. Suasana tidak kalah seru—beberapa siswa dengan percaya diri mengajukan pertanyaan kritis.
Ada yang penasaran dengan alasan batas usia pemilih ditetapkan pada 17 tahun, ada pula yang menanyakan kemungkinan penerapan sistem e-voting pada pemilu mendatang.
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat ruangan semakin hidup. Para fasilitator KPU Riau memberi jawaban dengan bahasa yang sederhana namun tetap berbobot, sehingga mudah dipahami siswa.
Ketua KPU Riau, Rusidi Rusdan, yang turut hadir, menekankan pentingnya membangun kesadaran demokrasi sejak dini.
“Pada 2029 nanti, adik-adik inilah yang akan menentukan masa depan bangsa melalui hak pilihnya. Apa yang mereka pelajari hari ini adalah investasi berharga untuk Indonesia yang lebih baik,” ungkapnya dalam penutupan acara.
Apresiasi juga datang dari pihak sekolah. Ustaz Zaki, perwakilan SMP IT Tahfiz Al Fatih, menilai kegiatan ini sangat bermanfaat.
“Metode pembelajaran seperti ini sangat efektif. Anak-anak tidak hanya memahami teori, tetapi juga merasakan langsung simulasi proses demokrasi melalui permainan. Ini akan melekat di ingatan mereka,” ujarnya.
Kegiatan edukasi “Ular Tangga Pemilu” merupakan bagian dari program berkelanjutan KPU Riau dalam menyiapkan calon pemilih cerdas dan berkualitas. Para siswa yang kini berusia 14–15 tahun dipersiapkan untuk menjadi pemilih pertama kali pada Pemilu 2029 mendatang.
Dengan pendekatan kreatif, KPU Riau berupaya menanamkan nilai-nilai demokrasi agar kelak generasi muda tidak hanya memahami pentingnya menggunakan hak pilih, tetapi juga menjaga integritas proses pemilu.
Di akhir kegiatan, wajah-wajah ceria siswa menjadi bukti nyata bahwa pendidikan demokrasi dapat disampaikan dengan cara yang segar dan menyenangkan.
Permainan sederhana di aula KPU Riau itu meninggalkan kesan mendalam bahwa demokrasi bukan sekadar aturan, melainkan pengalaman hidup yang harus dipahami sejak dini. (red)
Tulis Komentar