Emas di Sawah, Tersendat di Jalan

Pekanbaru, GarisKhatulistiwa.com — Matahari baru saja terbit, cahayanya membasahi hamparan sawah di Kecamatan Bunut. Suara sabit yang beradu dengan batang padi bersahutan, mengiringi bulir-bulir padi berwarna keemasan yang jatuh ke tanah, seolah menyimpan janji akan kesejahteraan.
Wajah para petani tampak letih, namun senyum mereka tetap merekah. Panen melimpah, harapan pun tumbuh.
Namun, di balik senyum itu, tersimpan keresahan yang tak bisa mereka sembunyikan. Panen berlimpah tidak selalu berarti perut kenyang atau dompet penuh.
Di ujung sawah, jalan berlumpur menanti, menjadi penghalang yang membuat “emas” dari ladang itu sering terhenti sebelum sampai ke pasar.
“Stok padi sebenarnya mencukupi. Ini modal penting bagi kita menuju swasembada pangan daerah,” ujar Wakil Bupati Pelalawan, Husni Thamrin. Namun, ia tak menampik, masalah terbesar kini bukan produksi, melainkan jalan yang hancur, licin kala hujan, dan berdebu saat kemarau.
Kondisi itu menjadi momok yang menghantam nilai jual hasil panen. “Kami sudah mengusulkan pembangunan jalan sejak 2019, tapi sampai sekarang belum terealisasi,” tambahnya, nada kecewa terselip dalam suaranya.
Rudi Hartono, seorang warga yang menyaksikan perjuangan petani setiap musim panen, tak mampu menyembunyikan kegelisahannya.
“Beginilah kondisi jalan yang dihadapi warga selama ini. Kami mewakili masyarakat mempertanyakan kepada Pemprov Riau, terutama Dinas PU, tentang program pembangunan jalan lintas Bono.
Dalam papan pekerjaan disebutkan akan dilakukan penimbunan dan perbaikan jalan berupa sirtu hingga Sibekek, namun sampai hari ini tidak ada realisasinya. "Kami minta perbaikan jalan segera digesa,” ujarnya dengan nada getir.
Bagi Rudi, jalan bukan sekadar infrastruktur. Jalan adalah urat nadi yang menghubungkan jerih payah petani dengan kesejahteraan keluarga. Tanpa jalan yang layak, bulir emas itu hanya menjadi tumpukan di gudang, kehilangan nilai sebelum sampai ke pasar.
Sorotan juga datang dari gedung parlemen. Abdullah, Anggota DPRD Riau dari Partai PKS dapil Pelalawan–Siak, menegaskan pembangunan jalan pertanian tak bisa lagi ditunda.
“Petani sudah terlalu lama menunggu. Kita tidak boleh membiarkan hasil panen terbuang hanya karena jalan rusak. Saya akan memperjuangkan agar anggaran provinsi diarahkan untuk memperbaiki akses ini,” tegasnya.
Abdullah pun menekankan pentingnya pengembangan kawasan ini secara menyeluruh.
“Jika kawasan tersebut dikembangkan maksimal dengan dukungan infrastruktur memadai, bukan hanya sektor pertanian yang terdampak positif, tetapi juga pariwisata dan perekonomian masyarakat sekitar. Kondisi jalan saat ini sangat memprihatinkan, kita tidak bisa menunggu lebih lama. Pemerintah pusat harus turun tangan melalui program pengembangan KSPN,” pungkasnya.
Di tengah sawah yang menguning, para petani kembali menatap langit. Mereka sudah terbiasa berdoa agar padi tumbuh subur, terhindar dari hama dan banjir. Kini, doa mereka bertambah: jalan mulus yang mampu membawa hasil panen ke pasar dengan lancar.
Sebab, bagi mereka, ketahanan pangan bukan hanya soal panen melimpah, melainkan bagaimana hasil bumi bisa sampai ke meja makan, terjual dengan harga layak, dan benar-benar menyejahterakan.
Bulir emas itu sudah di tangan petani. Tinggal menanti, apakah jalan berliku akan terus menghalangi atau pemerintah benar-benar hadir membuka akses menuju kesejahteraan. (red)
Tulis Komentar