Menghidupkan Lahan Tidur di Bulan Ramadan, Babinsa dan Petani Berbincang tentang Padi Gogo

Menghidupkan Lahan Tidur di Bulan Ramadan, Babinsa dan Petani Berbincang tentang Padi Gogo

Pekanbaru, GarisKhatulistiwa.com - Pagi itu, suasana di Jalan Beringin 5, Kelurahan Sei Sibam, Kecamatan Binawidya, terasa lebih hidup dari biasanya. Di bawah naungan pohon yang rindang, seorang prajurit TNI tampak asyik berbincang dengan seorang pria paruh baya yang mengenakan topi caping.

Mereka adalah Sertu Parjo, Babinsa Koramil 06/Sukajadi Kodim 0301/Pekanbaru dan Sumiaji Ketua Kelompok Tani (Poktan) setempat.

Obrolan mereka bukan sekadar basa-basi. Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, keduanya berdiskusi tentang bagaimana memanfaatkan lahan kosong agar lebih produktif.

Salah satu solusi yang mereka bahas adalah menanam padi gogo, jenis padi yang bisa tumbuh di lahan kering tanpa perlu genangan air seperti padi sawah.

“Kami ingin mendorong petani untuk lebih kreatif dalam mengelola lahan. Lahan tidur kalau tidak dimanfaatkan ya sayang. Padi gogo ini bisa jadi alternatif yang bagus,” ujar Sertu Parjo dengan semangat.

Sumiaji pun mengangguk setuju. Menurutnya, para petani di daerah ini masih banyak yang ragu mencoba padi gogo karena kurangnya informasi dan pendampingan.

Kehadiran Babinsa, yang tak hanya menjaga keamanan tetapi juga turun langsung membantu petani, menjadi dorongan besar bagi mereka.

“Kalau ada dukungan seperti ini, tentu kami lebih semangat. Setidaknya, ada yang mengingatkan dan mengarahkan,” kata Sumiaji.

Tak hanya berdiskusi soal pertanian, momen ini juga dimanfaatkan oleh Sertu Parjo untuk mempererat silaturahmi dengan warga binaan. Baginya, Ramadan adalah waktu yang tepat untuk membangun kebersamaan dan memperkuat hubungan dengan masyarakat.

“Komsos (komunikasi sosial) seperti ini penting. Kita ingin TNI selalu dekat dengan rakyat, bukan hanya saat ada masalah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Di tengah percakapan, beberapa warga yang melintas ikut bergabung dalam diskusi ringan itu. Mereka tampak antusias mendengar berbagai cara pemanfaatan lahan kosong yang sebelumnya hanya ditumbuhi semak belukar.

Obrolan di pagi itu bukan sekadar perbincangan biasa. Ada harapan baru yang muncul—harapan agar lahan-lahan kosong bisa berubah menjadi sumber pangan, harapan agar petani semakin mandiri, dan harapan agar kebersamaan antara TNI dan masyarakat terus terjaga.

Di bulan Ramadan ini, kehangatan tak hanya datang dari kebersamaan saat berbuka puasa, tetapi juga dari perbincangan sederhana di sudut desa yang bisa membawa perubahan besar bagi banyak orang. (Pendim 0301)

 

TERKAIT